Total Tayangan Halaman

Jumat, 26 Mei 2023

Kenangan gempa Jogja 2006 dan sehari sebelumnya

 Hari Jum'at, 26 Mei 2006, tidak ada pertanda apapun dalam keluargaku. Semuanya beraktivitas seperti biasa. Bapakku pergi ke kantor, ibuku jaga toko, dan aku pergi ke sekolah seperti biasa. Karena saat itu hari Jum'at, aku pulang dari sekolah lebih awal sekitar pukul 11.00. Pukul 11.30, aku berangkat ke masjid untuk shalat Jum'at. Sepulang dari shalat Jum'at, aku langsung mengganti pakaian dan bermain sama tetangga karena saat shalat Jum'at aku masih memakai seragam sekolah.

Aku bermain petak umpet dengan tetangga sebelah yang kemungkinan usianya jauh lebih muda 8 tahun. Aku beraktivitas di luar dan tak ada hal yang membuatku takut. Hari-hari ku jalani seperti biasa. Hanya main di tempat tetangga dekat saat itu. Pukul 18.00, ibuku menyusul aku di tempat tetangga dan menyuruhku untuk pulang. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00, aku belajar karena pagi harinya masuk sekolah. Pada saat itu, aku sedikit membayangkan kegiatanku esok hari di sekolah. Pukul 21.00, aku tidur. Aku tidur tanpa ranjang dan hanya beralaskan kasur tipis karena saat itu, aku ditemani oleh bapakku, ibuku, dan adikku yang masih berusia 6 tahun.

Pada hari Sabtu, 27 Mei 2006, sekitar pukul 05.57 pagi hari, kamar tempat aku dan keluargaku terlelap terasa bergetar kencang karena diguncang oleh gempa bumi yang besarnya 5.9 SR. Semua keluargaku panik tapi aku malah bersembunyi di balik kasur tipis berwarna biru yang memiliki lekukan. Bapakku langsung menarik tanganku dan menggendong adikku menuju pintu belakang dekat dapur. Akhirnya bayanganku akan kegiatanku di sekolah tidak terlaksana karena kegiatan belajar mengajar diliburkan secara mendadak. Akhirnya aku dan keluargaku mengungsi ke tempat yang aman sembari memantau keadaan sekitar. Pada malam harinya, aku bermalam di tenda pengungsian di depan rumah sepupuku yang ada di Belan bersama sepupuku yang lain. Tempatnya sangat gelap karena tidak adanya aliran listrik.

Sabtu, 05 November 2022

Kenangan Warung Internet di Malam Minggu

 

Ilustrasi warung internet (warnet). (sumber : hipwee.com)

Pada era sekarang, sudah jarang ditemui beberapa warung internet yang beroperasi di pinggir jalan. Semua sudah tergantikan oleh smartphone yang telah dimiliki hampir semua orang yang memiliki fitur akses internet seperti mengakses internet dengan komputer di warnet. Hal ini sangatlah berbeda dengan beberapa tahun yang lalu saat teknologi belum secanggih saat ini.

Bagi anak-anak remaja yang tumbuh di era 2000-an, pasti sangat mengenal istilah warung internet atau warnet. Apakah kalian sering main ke warnet setelah pulang sekolah? Jika iya, berarti kita seumuran. Pada tahun 2008, warnet adalah tempat yang paling ramai dikunjungi di daerahku. Berbagai kalangan sering datang ke tempat itu secara bergantian hingga malam hari. Saat itu, mengunjungi warnet adalah suatu hal yang menyenangkan karena mengakses internet tidak semudah saat ini karena sudah ada WiFi. Hanya dengan uang 2.000 sampai 3.000 rupiah, semua orang sudah bisa akses internet di warnet. Namun hal yang menyebalkan adalah jika tiba pada saat malam Minggu. Warnet sangat penuh sekali dan harus menunggu satu jam jika tidak ada antrian. Kalau ada antrian, ya bisa berjam-jam. Namun aku pernah beruntung bisa akses internet di warnet pada saat malam Minggu. Karena aku akses internetnya pada jam 6 sore, maka belum ada antrian karena biasanya antriannya di atas jam 7 malam. Pada saat itu, rata-rata yang akses internet adalah anak muda. Beruntung aku bisa dapat bilik komputer jam segitu sehingga aku bisa akses media sosial pada waktu itu, Friendster.

Jika kalian bertanya-tanya apa itu Friendster? Friendster adalah media sosial yang paling banyak digunakan pada masa itu sebelum akhirnya ada Facebook, Twitter, dan Instagram pada masa sekarang. Fiturnya pun sama dengan ketiga media sosial tersebut, yaitu bikin status, dan posting foto. Namun saat ini, warnet tinggallah kenangan. Beberapa warnet yang ada di daerahku telah gulung tikar karena telah tergeser oleh teknologi WiFi yang sudah dipasang di tempat-tempat umum. Meskipun warnet telah tiada, namun kenangannya masih ada di dalam ingatan penggunanya dulu. Malam Minggu rasanya kurang jika tidak main ke warnet, kalau menurutku sih. Kalau kalian gimana nih pengalaman kalian dulu waktu main ke warnet? Boleh diceritakan di kolom komentar. Sekian dulu dari saya dan selamat bermalam Minggu.

Selasa, 05 April 2022

Pengalaman lucu di bulan Ramadhan waktu kecil


Hari ini, tepat pada tanggal 3 Ramadhan 1443 H, aku ingin menceritakan kejadian lucu saat bulan Ramadhan yang aku alami waktu aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kejadian ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 2004, saat aku duduk di bangku kelas 4 SD. Karena saat itu usiaku sudah menginjak 11 tahun, aku diharuskan untuk berpuasa secara penuh, bukan puasa setengah hari seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Pada saat itu, sekitar jam 12 siang, aku baru pulang dari sekolah. Karena saat itu cuacanya sangat panas sekali, aku pun akhirnya bergegas berjalan menuju dapur untuk membuka lemari es secara diam-diam agar tidak ketahuan ibuku. Karena saat itu ibuku sedang pergi, akupun akhirnya mendapatkan kesempatan untuk membuka lemari es. Namun saat itu, aku lihat ibuku berjalan masuk ke dalam rumah dan akupun bergegas menyembunyikan botol minuman yang tadinya aku pegang. Ibuku yang saat itu ke dapur memergokiku yang saat itu habis meminum separuh air yang ada di dalam botol. Akhirnya aku ketahuan deh sama ibuku kalau aku habis minum.

Kejadian yang sama terjadi di tahun yang sama, namun kejadian itu terjadi pada hari Jum'at sepulang dari sholat Jum'at. Di siang hari yang terik pada saat itu, aku merasa haus yang sudah tidak tertahankan lagi. Ibuku saat itu sedang duduk di ruang keluarga dan menonton televisi. Karena kamarku dekat dengan dapur, akhirnya akupun mengendap-endap untuk mengambil minuman di lemari es. Namun apalah daya, akhirnya ketahuan lagi. Bunyi pintu lemari es yang cukup keras membuat aku hampir ketahuan ibuku.

Rabu, 09 Februari 2022

Virus Corona telah menyerang keluargaku

 Pada hari ini, 9 Februari 2022, merupakan hari yang tidak terduga bagiku. Hari ini rencananya mbah uti (nenekku) seharusnya sudah opname di Rumah Sakit Akademik UGM karena keesokan harinya akan dilakukan operasi agar jantungnya tidak bocor lagi. Setelah sampai di rumah sakit, kami langsung test swab antigen. Aku juga ikut test swab dikarenakan aku akan menunggui mbah uti pada malam hari itu juga. Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 7 pagi karena jam 8 harus sampai di sana. Aku berangkat sama mbah uti dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh bapakku. Namun setelah sampai di tempat pendaftaran, berkas yang akan digunakan oleh mbah uti untuk persyaratan opname ketinggalan. Akupun lalu mengambilnya dengan diantarkan oleh bapak. Setelah aku mengambil berkas persyaratan yang diperlukan, aku dan bapakku pun lalu mampir sejenak ke warung Padang untuk sarapan karena kebetulan sedari rumah aku belum sarapan. Setelah selesai sarapan, perjalanan berlanjut ke rumah sakit. Di sana, mbah uti masih menunggu berkas yang diperlukan ditemani oleh mbak Dewi (bibiku yang kebetulan bekerja sebagai perawat di rumah sakit itu).

Setelah berkas lengkap semua, akhirnya aku dan mbah uti langsung diantarkan menuju tempat untuk test swab yang berada di belakang rumah sakit, tepatnya di seberang parkiran mobil. Kami pun akhirnya melakukan test swab. Setelah test swab, akupun segera pulang ke rumah untuk mengambil motor dan barang-barang keperluanku untuk bermalam di sana. Namun saat aku mempersiapkan segala keperluanku, aku mendapatkan pesan di grup WhatsApp keluarga dari mbak Dewi bahwa hasil test swab antigen mbah uti menunjukkan positif dan hasil test swab antigenku negatif. Untung saja saat itu, aku masih di rumah dan belum berangkat ke sana karena saat itu, aku menunggu telepon dari mbah uti. Akhirnya, operasinya mbah uti diundur sampai batas waktu yang belum ditentukan. Aku sangat terkejut bahwa virus Corona telah menyerang keluargaku lagi. Setelah adikku terpapar virus yang dari China ini pada bulan Oktober 2021, sekarang mbah uti yang terpapar virus Corona, namun tanpa gejala. Ini ceritaku tentang keluargaku yang terpapar virus Corona. Akupun berusaha untuk tenang dan tidak panik setelah mendengar kabar bahwa mbah uti yang usianya telah mencapai 72 tahun terpapar virus Covid-19. Sekian dulu ya ceritanya. Tetap semangat untuk orang-orang yang terpapar virus Covid-19 dimanapun kalian berada. Semoga lekas pulih bumiku. Tetap lakukan protokol kesehatan ya karena pandemi ini belum berlalu.

Selasa, 19 Oktober 2021

Cara menjadi penulis lepas di platform media IDN Times

 Apakah kalian memiliki hobi menulis dan ingin menjadi penulis? Di era digital seperti sekarang, menulis sudah bisa dilakukan melalui media online. Banyak situs web yang menyediakan layanan untuk para penulis yang menginginkan tulisannya dipublikasi dan dibaca oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini. IDN Times merupakan salah satu portal berita dan hiburan yang sasaran pembacanya adalah anak muda. Para anak muda pun tidak hanya jadi pembaca, namun anak muda juga bisa menjadi penulis di media online itu. Apakah menulis di IDN Times ada honornya? Tentu saja. Namun, kalian harus mengumpulkan poin minimal 2.500 poin untuk mendapatkan uang sebesar 250.000 rupiah. Untuk mendapatkan satu poin, maka artikel yang kalian tulis ini harus mendapatkan 100 kali view, itupun kalau ditayangkan. Jadi, bagaimana caranya untuk menjadi penulis lepas di IDN Times? Begini caranya.

  1. Kalian harus mendaftarkan diri kalian dulu melalui website www.idntimes.com. Lalu, kalian akan mendapatkan link untuk konfirmasi melalui e-mail yang kalian daftarkan.
  2. Setelah berhasil mendaftar dan dikonfirmasi, mulailah kalian untuk menulis.
Lalu, tema untuk tulisan yang diterima apa saja? Tema tulisannya pun bebas. Lalu, bagaimana caranya agar tulisan kalian bisa ditayangkan? Begini caranya.

  1. Tulislah artikel dengan tema yang berhubungan dengan anak muda, misalnya apa yang saat ini sedang viral di kalangan anak muda. Jika kalian menulis tentang apa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, tentu tulisan kalian akan mendapatkan peluang untuk ditayangkan.
  2. Buatlah tulisan dengan ide orisinil kalian sendiri. Jangan memplagiasi tulisan orang lain. Karena jika memplagiasi tulisan orang lain, maka tulisan kalian tidak akan ditayangkan.
  3. Carilah tema tulisan yang sedikit unik dan belum pernah ditayangkan di IDN Times, misalnya tentang lagu-lagu tahun 1990-an. Anak muda saat ini juga ada lho yang suka sama lagu-lagu di tahun 1990-an seperti lagu-lagunya Nike Ardilla. Beberapa hari yang lalu, saya menulis tentang lagu-lagu Nike Ardilla dan akhirnya ditayangkan.
  4. Selain mencari tema yang unik, perhatikanlah kaidah penulisannya. Kalian jangan menganggap bahwa nanti tulisanku akan diperbaiki sama editor. Editor memanglah memperbaiki tulisan kalian, tetapi editor hanya memperbaiki kesalahan kecil pada tulisan kalian seperti penggunaan tanda baca, kesalahan penulisan, dan kalimat tidak efektif menjadi efektif. Jika tulisan kalian masih memiliki kesalahan yang banyak, maka editor akan meminta kalian untuk merevisinya sampai benar-benar tidak ada kesalahan lagi. Jadi, editor ini bisa jadi seperti dosen pembimbing skripsi kalian.
  5. Jika tulisan kalian belum ditayangkan meskipun sudah lewat beberapa hari, bersabarlah! Mungkin tema tulisan yang kalian angkat kurang menarik di mata editor. Teruslah menulis. Semakin banyak tulisan kalian, maka semakin banyak juga pilihan untuk ditayangkan.
Itulah beberapa cara menjadi penulis sekaligus tips-tips agar tulisan kalian dimuat dari saya. Yang jelas sebelum kalian menulis, kalian harus menentukan tema tulisan apa yang ingin kalian angkat. Selamat menulis.

Rabu, 14 Juli 2021

Pengalamanku saat tes swab antigen

 Pada hari ini tanggal 14 Juli 2021, aku menjalani tes swab antigen di Rumah Sakit Condong Catur. Hal ini aku lakukan karena sejak beberapa hari yang lalu aku mengalami batuk yang tak kunjung sembuh. Aku sempat mengira bahwa aku terinfeksi virus Corona mengingat saat ini sudah banyak orang yang terinfeksi virus yang datang dari China itu. Akhirnya jam 8.30, aku berangkat ke Puskesmas Depok II yang tak jauh dari tempat tinggalku, yakni di Perumnas Condongcatur. Namun, sayangnya puskesmas itu tidak melayani test swab mandiri. Puskesmas itu hanya melayani tes swab untuk orang yang pernah berpapasan dengan orang yang terinfeksi Covid-19. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan mencoba menelepon Rumah Sakit Condong Catur (RSCC) untuk menanyakan apakah rumah sakit itu melayani tes swab secara mandiri. Ternyata, rumah sakit itu melayani tes swab secara mandiri. Akupun lalu mengeluarkan sepeda motorku dari dalam rumah dan pergi menuju RSCC. Sesampainya di rumah sakit itu, aku lalu menunggu sejenak sambil mendengarkan musik di handphone-ku. Waktu menunjukkan pukul 9.42. Petugas yang akan bertugas melayani tes swab pun baru mempersiapkan peralatannya. Pasien yang akan tes swab pun diminta untuk mendaftar terlebih dahulu. Karena aku tidak mendaftar lewat online, akupun mendaftar disitu. Setelah semuanya beres, akupun lalu menunggu panggilan di ruang tunggu. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya akupun dipanggil dan tes swab pun dimulai. Sebuah alat yang mirip dengan cotton bud pun masuk ke lubang hidungku sebelah kiri. Rasanya pun seperti tidak mengenakan dan membuatku ingin bersin. Ternyata tidak lama kemudian, tes swab pun selesai. Akupun lalu pulang untuk menunggu hasilnya. Sesampainya di rumah, akupun tidur karena mataku terasa mengantuk sekali. Saat terdengar adzan dzuhur, akupun membuka mata. Aku lihat di handphone-ku ada pesan WhatsApp masuk dan ternyata itu pesan dari rumah sakit tempat aku tes swab tadi. Pesan itu memberitahukan bahwa hasil tes swab tadi dinyatakan negatif. Akupun lalu bergegas bangun dan sholat dzuhur. Setelah sholat dzuhur, akupun kembali lagi ke rumah sakit itu untuk mengambil hard copy hasil test swab tadi. Betapa leganya hatiku saat aku membaca hasilnya yang menyatakan bahwa aku negatif Covid-19.

Saat aku menunggu antrian tes swab


Jumat, 16 April 2021

Selamat ulang tahun, bapak

 


Hari ini, bapakku berulangtahun yang ke-56, usia yang hampir mendekati kepala enam. Meski begitu, bapakku masih memiliki semangat untuk bekerja demi aku dan adik perempuanku. Rasanya, ingin aku saja yang bekerja karena tak lama lagi bapakku sudah memasuki masa pensiun dari pekerjaannya sebagai guru. Biar aku saja yang menggantikan posisi beliau, tetapi keadaannya belum memungkinkan. Studi S1-ku belum selesai sedangkan lapangan pekerjaan yang memerlukan tenaga lulusan D3 Bahasa Inggris masih minim. Ini yang kadang aku sesalkan kenapa dulu waktu sekolah aku sangat malas belajar sehingga aku pernah sekali tidak naik kelas. Teman-teman seusiaku saat ini sudah banyak yang menikah, bahkan rata-rata yang usianya di bawahku semua. Aku ingin sekali bisa memberikan seorang menantu yang cantik untuk bapakku, tetapi apalah daya. Pekerjaanku masih sebatas guru les privat panggilan yang gajinya tidak cukup jika untuk kebutuhan keluargaku nanti. Berbeda kalau menjadi dosen di universitas dan guru di sekolah yang gajinya bisa untuk kebutuhan sehari-hari karena sistem kerjanya tidak freelance. Menulis pun rasanya juga tidak bisa diandalkan untuk menjadi profesi utama. Sudah banyak tulisanku yang tidak dimuat oleh media massa entah karena tidak memenuhi persyaratan. 

Maafkan aku pak jika aku belum bisa membanggakanmu. Namun aku akan berusaha untuk menyelesaikan kuliahku ini kemungkinan di usiaku yang ke-28 tahun pada tahun ini. Selamat ulang tahun ya pak. Semoga Allah memberikan panjang umur dan kesehatan kepada bapak.

Aku bersama bapakku. Foto ini diambil kira-kira tahun 1994, saat aku berusia kira-kira 1 tahun.