Hari Jum'at, 26 Mei 2006, tidak ada pertanda apapun dalam keluargaku. Semuanya beraktivitas seperti biasa. Bapakku pergi ke kantor, ibuku jaga toko, dan aku pergi ke sekolah seperti biasa. Karena saat itu hari Jum'at, aku pulang dari sekolah lebih awal sekitar pukul 11.00. Pukul 11.30, aku berangkat ke masjid untuk shalat Jum'at. Sepulang dari shalat Jum'at, aku langsung mengganti pakaian dan bermain sama tetangga karena saat shalat Jum'at aku masih memakai seragam sekolah.
Aku bermain petak umpet dengan tetangga sebelah yang kemungkinan usianya jauh lebih muda 8 tahun. Aku beraktivitas di luar dan tak ada hal yang membuatku takut. Hari-hari ku jalani seperti biasa. Hanya main di tempat tetangga dekat saat itu. Pukul 18.00, ibuku menyusul aku di tempat tetangga dan menyuruhku untuk pulang. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00, aku belajar karena pagi harinya masuk sekolah. Pada saat itu, aku sedikit membayangkan kegiatanku esok hari di sekolah. Pukul 21.00, aku tidur. Aku tidur tanpa ranjang dan hanya beralaskan kasur tipis karena saat itu, aku ditemani oleh bapakku, ibuku, dan adikku yang masih berusia 6 tahun.
Pada hari Sabtu, 27 Mei 2006, sekitar pukul 05.57 pagi hari, kamar tempat aku dan keluargaku terlelap terasa bergetar kencang karena diguncang oleh gempa bumi yang besarnya 5.9 SR. Semua keluargaku panik tapi aku malah bersembunyi di balik kasur tipis berwarna biru yang memiliki lekukan. Bapakku langsung menarik tanganku dan menggendong adikku menuju pintu belakang dekat dapur. Akhirnya bayanganku akan kegiatanku di sekolah tidak terlaksana karena kegiatan belajar mengajar diliburkan secara mendadak. Akhirnya aku dan keluargaku mengungsi ke tempat yang aman sembari memantau keadaan sekitar. Pada malam harinya, aku bermalam di tenda pengungsian di depan rumah sepupuku yang ada di Belan bersama sepupuku yang lain. Tempatnya sangat gelap karena tidak adanya aliran listrik.